AGAR RUMAH BEBAS PENCURIAN PERAMPOKAN
Saya pernah jagongan dengan seorang pedanda (tokoh masyarakat Hindu Bali). Rumah-rumah di Bali, kata pedanda itu, sebagian besar ada “penunggu” yaitu makhluk-makhluk gaib yang bertempat di patung di depan halaman untuk penjaga rumah. “Kalau saat ke Jawa, di rumah-rumah penduduk saya tidak melihat ada penunggunya. “Orang Jawa memang polos” kata pedanda tersebut.
Memang, rumah-rumah yang dibangun orang sekarang ini jarang yang mengedepankan aspek metafisis. Pertimbangan membeli atau menempati rumah biasanya hanya dari aspek keindahan arsitektur dan kekuatan bangunannya. Untuk aspek keamanan biasanya hanya jadi pertimbangan terakhir. Padahal, kita tahu kini kian banyak perampokan dan pencurian.
Dulu, para leluhur kita orang Jawa bila akan membangun rumah banyak yang dipikir dan jadi pertimbangan. Misalnya, waktu yang tepat memulai membangun, arah rumah dan sebagainya. Aspek sosial jadi pertimbangan. Di depan rumah diletakkan paga dan kendi sehingga bila orang lain lewat dan kecapekan bisa mampir untuk leyeh-leyeh sambil minum air dari kendi.
Di China ada pula ilmu tentang rumah yaitu hong shui dan feng shui. Kini, untuk perumahan di perkotaan, pertimbangan yang didahulukan biasanya hong shui dan feng shuinya saja dengan harapan agar rejeki pemilik rumah itu nanti lancar. Sementara aspek metafisis dan kosmologisnya kurang diperhatikan. Padahal, ini sangat penting agar kita bisa hidup di lingkungan rumah yang aman dan tentram.
Filsafat Jawa mengatakan bahwa rumah adalah “dalem”. Dalem artinya selain rumah juga “aku”. Maka “Aku” adalah rumah bagi tubuhku. Tubuhku lebih kecil dari “Aku” sehingga tubuh-ku lah yang harusnya menempati “aku”. Bukan sebaliknya. Maka, harusnya tubuh ini mengikuti aturan-aturan yang ada di “Aku”. Akulah yang harusnya membuat aturan agar dituruti oleh tubuhku. “Aku” adalah yang memerintah dan jadi pengendali hawa nafsu dan keinginan sehingga tubuh harus menurutinya.
Secara metafisis, untuk membangun rumah yang aman haruslah dipikirkan juga. Salah satu aspek keamanan rumah adalah bebas dari pencurian dan niat jahat orang lain. Agar rumah kita aman dan bebas dari pencurian maka amalan untuk menumbal rumah sebagai berikut:
Pertama, sediakan sebuah batu dan sebuah wungkal (batu pengasah atau penajam pisau).
Kedua, baca surat Al Fill 40 kali setiap sepuluh kali tiupkan pada dua batu tadi.
Ketiga, baca surat Alam Nasyrah 40 kali setiap sepuluh kali tiupkan pada dua batu itu.
Keempat, setelah selesai, dua batu itu ditanam di lantai di dalam rumah dengan memohon keselamatan dan keamanan dari Allah SWT.
Dengan ijin Tuhan Yang Maha Melindungi, rumah kita tidak akan pernah dimasuki pencuri dan perampok, serta aman dari gangguan orang lain yang berniat jahat.
Memang, rumah-rumah yang dibangun orang sekarang ini jarang yang mengedepankan aspek metafisis. Pertimbangan membeli atau menempati rumah biasanya hanya dari aspek keindahan arsitektur dan kekuatan bangunannya. Untuk aspek keamanan biasanya hanya jadi pertimbangan terakhir. Padahal, kita tahu kini kian banyak perampokan dan pencurian.
Dulu, para leluhur kita orang Jawa bila akan membangun rumah banyak yang dipikir dan jadi pertimbangan. Misalnya, waktu yang tepat memulai membangun, arah rumah dan sebagainya. Aspek sosial jadi pertimbangan. Di depan rumah diletakkan paga dan kendi sehingga bila orang lain lewat dan kecapekan bisa mampir untuk leyeh-leyeh sambil minum air dari kendi.
Di China ada pula ilmu tentang rumah yaitu hong shui dan feng shui. Kini, untuk perumahan di perkotaan, pertimbangan yang didahulukan biasanya hong shui dan feng shuinya saja dengan harapan agar rejeki pemilik rumah itu nanti lancar. Sementara aspek metafisis dan kosmologisnya kurang diperhatikan. Padahal, ini sangat penting agar kita bisa hidup di lingkungan rumah yang aman dan tentram.
Filsafat Jawa mengatakan bahwa rumah adalah “dalem”. Dalem artinya selain rumah juga “aku”. Maka “Aku” adalah rumah bagi tubuhku. Tubuhku lebih kecil dari “Aku” sehingga tubuh-ku lah yang harusnya menempati “aku”. Bukan sebaliknya. Maka, harusnya tubuh ini mengikuti aturan-aturan yang ada di “Aku”. Akulah yang harusnya membuat aturan agar dituruti oleh tubuhku. “Aku” adalah yang memerintah dan jadi pengendali hawa nafsu dan keinginan sehingga tubuh harus menurutinya.
Secara metafisis, untuk membangun rumah yang aman haruslah dipikirkan juga. Salah satu aspek keamanan rumah adalah bebas dari pencurian dan niat jahat orang lain. Agar rumah kita aman dan bebas dari pencurian maka amalan untuk menumbal rumah sebagai berikut:
Pertama, sediakan sebuah batu dan sebuah wungkal (batu pengasah atau penajam pisau).
Kedua, baca surat Al Fill 40 kali setiap sepuluh kali tiupkan pada dua batu tadi.
Ketiga, baca surat Alam Nasyrah 40 kali setiap sepuluh kali tiupkan pada dua batu itu.
Keempat, setelah selesai, dua batu itu ditanam di lantai di dalam rumah dengan memohon keselamatan dan keamanan dari Allah SWT.
Dengan ijin Tuhan Yang Maha Melindungi, rumah kita tidak akan pernah dimasuki pencuri dan perampok, serta aman dari gangguan orang lain yang berniat jahat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar